Menciptakan karakter tokoh yang tidak terlupakan adalah
pekerjaan yang tidak mudah. Apalagi jika tokoh itu menjadi jargon dalam dunia
nyata. Harry Potter, Detektif Conan, Sherlock Holmes, misalnya. Apa yang
membuat mereka menjadi tokoh yang diidolakan? Apakah karena begitu keren dan
sempurna? Tidak selalu. Justru kelemahan-kelemahan yang membuat mereka tidak
bisa dilupakan.
Selasa, 06 Oktober 2015
Kamis, 01 Oktober 2015
MISTERI PATUNG GARAM Goes To Malaysia
Setelah
Misteri Patung Garam terbit saya berpikir untuk mengajukannya ke sebuah
penerbit di Malaysia. Saya berencana
mengajukannya tahun depan (2016) setelah semua pekerjaan saya kelar. Saya sudah
tahu reputasi penerbit Fixi dari obrolan dengan beberapa teman penulis. Itulah
sebabnya saya ingin mengajukan novel MPG karena sepertinya sesuai dengan
buku-buku terbitan FIXI. Yah, siapa orangnya yang tidak ingin karyanya mendapat
bonus? Difilmkan, diterjemahkan, atau diadaptasi ke bentuk kesenian lain adalah
bonus dari sebuah karya penulisan. Akhirnya rencana saya ini saya simpan dalam
doa-doa saya sembari menunggu waktu yang tepat.
Sabtu, 27 Juni 2015
PENGUMUMAN BLOGTOUR DAYS OF TERROR
Akhirnya puncak blogtour Days Of Terror telah berakhir. Saya mengucapkan terimakasih atas partisipasi teman-teman semua. Sepertinya saya akan membuat cerbung ini menjadi sebuah novel, tentunya tidak akan sesingkat ini karena masih banyak yang bisa dieksplor. Jadi karena itulah tidak akan saya beberkan endingnya.
Kamis, 18 Juni 2015
PUNCAK BLOGTOUR DAYS OF TERROR
Akhirnya kita tiba pada puncak blogtour Days Of Terror. Blogtour kali ini cukup menantang bagi saya sebab plot ceritanya ditentukan oleh peserta blogtour. Saya dituntut menulis dengan cepat untuk melanjutkan ceritanya. Saya sudah menulis cerita bersambung di tiga blog sebelumnya. Dan kali ini seharusnya cerita ini akan berakhir.
Selasa, 12 Mei 2015
PENGUMUMAN PEMENANG GIVEAWAY MISTERI PATUNG GARAM
Sebelum Kiri
Lamari menebak siapa pembunuh Kiandra saya mengucapkan terimakasih
sedalam-dalamnya kepada semua pembaca novel Misteri Patung Garam yang telah
memberikan apresiasi yang luar biasa dan juga para peserta blog tour yang telah
setia mengikuti dari awal sampai akhir. Peserta puncak blog tour Misteri Patung
Garam lumayan banyak.
Senin, 04 Mei 2015
PUNCAK BLOGTOUR MISTERI PATUNG GARAM : Temukan Pembunuhnya
Nah, kali ini blogtour Misteri Patung Garam sudah mencapai puncaknya. Ingin tahu apa hadiahnya? Akan ada dua pemenang yang berhak mendapat.
Minggu, 03 Mei 2015
5 Elemen Membuat Twist Dalam Novel
Aristoteles menyebut istilah twist sebagai peripeteia. Itulah saat dimana sang tokoh menjerit “Tidakkk!!!” saat dia menghadapi sebuah kenyataan yang dipelintir dari sangkaan sebelumnya.
ISTRI LOT DAN MISTERI PATUNG GARAM
Pada zaman dahulu kala Abraham atawa Ibrahim menawar kepada Tuhan, sebuah hitung-hitungan untuk menyelamatkan kota Sodom dan Gomorah. Kenapa Abraham begitu kekeuh dengan tawar-menawar itu?
Jumat, 30 Januari 2015
RESENSI LOVE PUZZLE
Judul : Love
Puzzle
Penulis : Eva Sri Rahayu
Penerbit : teen@noura
ISBN : 978-602-1606-04-9
Tebal : 286 hlm
BLURB
Rasi memberi senyuman, tetapi cowok itu malah tidak
mengacuhkannya.
“Raja?" sapa Rasi.
“Sori?” Kening cowok itu berkerut.
“Kamu Raja, kan?” tanya Rasi lagi.
“Hmm, enggak usah sok kenal, deh,” balas Raja dingin.
Rasi melengkungkan bibirnya, cowok keren memang sering kena amnesia! “Enggak usah nyebelin gitu, deh. Kamu kan yang nanya-nanya soal fotografi di atap BIM kemarin? Kalau aku salah orang, biasa aja, deh.”
Raja merespon perkataannya dengan wajah kaget. Namun sedetik kemudian, ekspresi Raja kembali sinis. “Denger ya, aku enggak kenal kamu!” geram Raja penuh penekanan.
***
Sejak ketemu cowok itu, Rasi merasa level hatinya naik turun seperti roller coaster: kadang berbunga, kadang kesal setengah mati. Sama seperti sikap Raja yang jago sulap: kadang baik, kadang nyebelin. Ada ya orang yang seperti itu? Rasi hanya belum tahu kalau di balik semua kejadian ada misteri tersimpan. Dan takdir menuntun Rasi masuk ke labirin yang entah ke mana berujung ….
“Raja?" sapa Rasi.
“Sori?” Kening cowok itu berkerut.
“Kamu Raja, kan?” tanya Rasi lagi.
“Hmm, enggak usah sok kenal, deh,” balas Raja dingin.
Rasi melengkungkan bibirnya, cowok keren memang sering kena amnesia! “Enggak usah nyebelin gitu, deh. Kamu kan yang nanya-nanya soal fotografi di atap BIM kemarin? Kalau aku salah orang, biasa aja, deh.”
Raja merespon perkataannya dengan wajah kaget. Namun sedetik kemudian, ekspresi Raja kembali sinis. “Denger ya, aku enggak kenal kamu!” geram Raja penuh penekanan.
***
Sejak ketemu cowok itu, Rasi merasa level hatinya naik turun seperti roller coaster: kadang berbunga, kadang kesal setengah mati. Sama seperti sikap Raja yang jago sulap: kadang baik, kadang nyebelin. Ada ya orang yang seperti itu? Rasi hanya belum tahu kalau di balik semua kejadian ada misteri tersimpan. Dan takdir menuntun Rasi masuk ke labirin yang entah ke mana berujung ….
RESENSI
Jika
potongan-potongan puzzle sudah selesai digabungkan maka akan membentuk satu
gambaran yang utuh. Inilah yang diharapkan dalam novel ini. Sehingga saat saya
selesai membacanya segala pertanyaan akan terjawab. Ada dua hubungan yang saya tangkap
dalam novel ini yaitu
1.
Hubungan
cinta lawan jenis
Kisah cinta Iskandar alias Raja alias Bimbim dengan Ayara
yang begitu rapuh namun mendalam. Kerapuhan Ayara yang selalu sakit-sakitan dan
Raja yang selalu mengutamakan kepentingan saudara kembarnya, Alex. Mereka
berdua saling mencintai meski akhirnya diputus takdir. Lalu cinta Raya yang
demikian rumit dengan Alex membuat Raya berada dalam posisi sulit apakah dia
akan memilih cinta atau sahabat baik.
2. Hubungan cinta dalam sebuah keluarga
Hubungan antar anggota keluarga layaknya sebuah payung
yang kokoh dalam posisi yang semestinya. Jika payung itu dalam posisi terbalik
justru akan membenamkan keluarga itu dalam air hujan dan memanggangnya dalam
panas matahari. Raja dan Alex sepasang kembar yang diasuh dalam cinta kasih
yang berbeda. Mereka pun tumbuh dengan pribadi yang berbeda. Raja yang lembut
dan Alex yang garang. Sebuah tragedi mengubah peran itu. Salah satu dari mereka
harus hidup dalam kepalsuan sebab orangtua mereka menolak kenyataan. Peran ayah
yang harusnya tetap mempertahankan posisi payung itu pada semestinya terpaksa
dikalahkan oleh histeria sang ibu sehingga mereka memilih hidup dalam
kebohongan.
Kunci potongan-potongan
puzle ini berada di tangan Raya. Gadis penggemar fotografi inilah yang
menghadapi papan puzle dan sedikit demi sedikit dialah yang berperan untuk
menyatukannya menjadi gambaran yang utuh. Segala teka-teki yang dilontarkan di
awal novel menjadikan Raya masuk dalam petualangan-petualangan mencari jawaban
yang justru menjerumuskan dia dalam kenyataan. Raya jatuh cinta.
Secara keseluruhan novel
ini enak untuk dinikmati. Gaya penceritaan yang ringan. Alur maju mundur yang
justru mempertajam teka-teki dalam novel ini. Meski begitu saya sedikit bingung
dengan banyaknya nama alias Raja aka Iskandar aka Bim Bim. Saya tahu nama lain
ini untuk menjebak pembaca agar tidak bisa langsung menebak siapa sesungguhnya
Raja. Meski begitu walaupun tanpa nama alias sebenarnya sudah biasa ditebak
siapa Raja siapa Alex. Saya harus membuka lembar sebelumnya untuk merunut lagi
yang dimaksud apakah Raja atau Alex. Saya beri 3 dari 5 bintang.
RESENSI SPORA
JUDUL BUKU : SPORA
PENULIS : ALKADRI
PENERBIT : MOKA MEDIA
PENYUNTING : DYAH UTAMI
ISBN : 979-795-910-4
Kemungkinan apa yang menyebabkan
mayat dengan kepala telah menjadi serpihan? Apakah dia ditembak dengan
shotgun dari jarak dekat? Atau mungkin ada hal lain yang lebih mengerikan yang
membuat kepala itu meledak sendiri? Jawabannya sudah terletak pada judul novel
ini : Spora.
Adalah Alif yang
selalu menemukan mayat dengan kepala meledak untuk pertama kali. Sayangnya,
Alif bukan anak sekolah biasa. Dia punya rahasia yang jika orang tahu akan
mebuat mereka berspekulasi jika Alif terlibat dengan semua pembunuhan itu.
Pertama kali saya
membaca buku horor dengan ketakutan yang tidak bersumber dari hantu saat
membaca Species. Sudah lama saya membacanya yaitu pada tahun
1996. Menurut saya novel itu mencekam banget padahal monsternya bukan hantu
melainkan alien yang bisa berubah menjadi perempuan cantik. Lalu saya menemukan
Spora. Saya sudah penasaran sejak Moka Media menayangkan alternatif
kaver novel ini. Dan benar saja kaver yang saya pilih menjadi kaver final novel
karya Alkadri. Akhirnya saya mendapatkan novel ini dari hasil barter dengan
teman di grup Komunitas Penimbun Buku (terimakasih Atri). Setelah Species,
Spora membuat saya ingin bisa menulis novel dengan genre horor sci-fi.
Saya menuntaskan buku ini hanya dengan sekali duduk. Buku
ini sangat ringan penceritaannya sehingga saya bisa cepat membacanya, selain
itu saya begitu penasaran ingin mempelajari teknik si penulis. Sayangnya saya
harus kecewa melihat ilustrasi di dalamnya yang justru merusak suasana. Drawing
ilustrasi itu seperti spoiler yang menghancurkan imajinasi saya.
Dan entah kenapa saya lebih suka karakter Rina yang lebih
maskulin daripada Alif. Mungkin Alif terlihat lembek karena masa lalunya yang
sayangnya tidak digali sejak awal. Masa lalu itu tiba-tiba muncul di akhir
sehingga hanya sekedar tempelan. Namun Alkadri cukup jitu mengawinkan alur
cerita ini dengan dongeng dari Irlandia yang menurut saya justru mempertajam
kehororan novel ini.
Soal gaya penceritaan, Alkadri sudah menunjukkan dirinya sebagai
penulis berpengalaman. Hanya saja saya melihat konflik novel ini terlalu
ditahan. Saya pikir saya akan menjumpai dunia yang kacau balau. Semua orang
jadi zombie. Ternyata tidak, konflik novel ini lingkupnya kecil dan sempit.
Setelah membacanya ada satu pertanyaan yang terus mengganggu saya: kenapa spora
yang efeknya mematikan itu begitu cerobohnya hanya disimpan di ruang KIR
sekolah? Tidak adakah tempat yang lebih aman selain ruang KIR? Hal ini
mengganjal sebab ternyata endingnya justru melemahkan proses penyimpanan spora
itu. Mereka yang membawa spora ini adalah
orang profesional namun kenapa begitu bodoh menyimpannya di ruang KIR? Ah, ruang KIR betapa
kamu sungguh mengganggu saya.
Saya
memberi 3 dari 5 bintang untuk novel ini.
Senin, 26 Januari 2015
PEMUTAR AROMA
Oleh : Ruwi Meita
Sudah
sepuluh tahun aku tidak pernah bersepakat dengan musim dingin. Suhu yang anjlok
di bulan Februari justru melonjakkan suhu tubuhku. Memerangkapku dalam flu
berat. Tak ada yang kulakukan selain memandang museum Guggenheim dengan mata
berkaca-kaca dan hidung meler dari jendela apartemen.
Rabu, 07 Januari 2015
RESENSI THE FAULT IN OUR STARS
Judul
: The Fault In Ours Stars
Penulis : John Green
Penerjemah : Ingrid Dwijani Nimpoeno
Penerbit : Qanita
Terbit : Cetakan VIII, September 2014
Tebal : 421 halaman
Penulis : John Green
Penerjemah : Ingrid Dwijani Nimpoeno
Penerbit : Qanita
Terbit : Cetakan VIII, September 2014
Tebal : 421 halaman
Saat kanker dimanusiakan
maka keseluruhan efek sampingnya merupakan lelucon yang satir.
Augustes Waters dan Hazel Grace Lancesters memutuskan saling jatuh cinta pada waktu yang tidak tepat. Hazel Grace tadinya menderita kanker tiroid yang kemudian melebar ke paru-parunya. Dia harus memakai kanula yang berhubungan dengan tabung oksigen yang diberi nama Philip. Gadis berumur 16 tahun itu sangat depresi dengan penderitaan dan rasa sakitnya. Ibunya menyuruh Grace untuk pergi ke komunitas kelompok pendukung yang berkumpul secara rutin di ruang bawah tanah gereja Episcopal.
Hazel menuruti
ibunya dan di sana dia bertemu dengan Augustus yang memandanginya tanpa kedip. Bahkan
sepulang dari pertemuan Augustus mengajaknya ke rumahnya untuk menonton V for
Vendetta. Alasan Augustus adalah Hazel sangat mirip Nathalie Portman, aktris
yang berperan di film itu. setelah menonton film mereka bertukar buku. Hazel
memberikan buku yang dianggapnya buku penting setelah Alkitab yang berjudul
Kemalangan Luar Biasa karya Peter Van Houten. Buku itu berisi kisah Anna yang juga seorang
penderita kanker yang hidup bersama ibunya. Novel itu berakhir
secara menggantung dengan asumsi Anna yang juga sebagai penutur dalam novel itu
sudah mati.
Hazel
telah berulangkali mengirim surat kepada Peter dan menanyakan rasa penasarannya
tentang kelanjutan novel itu seperti apakah akhirnya ibu Anna menikah? Apakah Anna mati? Bagaimana nasib hámster
Anna? Sayangnya surat-surat Hazel tidak pernah dibalas. Di luar dugaan
Augustus menemukan email asisten Peter dan emailnya dibalas. Dengan gembira
Hazel mengirim surat pada asisten Peter. Emailnya akhirnya dibalas. Peter dengan
senang hati menjawab pertanyaan Hazel jika Hazel berkenan pergi ke Amsterdam.
Augustus
ingin membantu Hazel dengan menggunakan jasa Yayasan Peri yaitu sebuah yayasan
yang akan mengabulkan keinginan seseorang yang sakit parah. Akhirnya Augustus
dan Hazel pergi ke Amsterdam dengan ditemani ibu Hazel. Sayangnya perjalanan
itu berakhir sangat buruk. Hazel harus menerima kenyataan bahwa sesungguhnya
Peter adalah seorang pemabuk yang sangat kasar. Meski Hazel sudah berada di
Amsterdam Peter tetap menolak Hazel.
Augustus
yang setia berusaha menghibur Hazel. Di Amsterdam kembali Hazel menerima dua
kenyataan yang pelik. Augustus menyatakan cintanya pada Hazel dan dia mengakui
kanker yang dideritanya kambuh dan sudah menggerogoti seluruh tubuhnya.
Saat
membaca awal-awal novel ini saya menduga salah seorang antara Hazel dan
Augustus pasti mati. Novel yang bercerita tentang kanker akan kehilangan nyawa
jika tanpa diakhiri dengan kematian. Namun sebenarnya kematian bukan bagian
terpenting dari novel ini. Sesungguhnya proses tokoh-tokohnya dalam menghadapi
dan menyikapi kanker adalah sorotan utama dalam novel ini. John Green mampu
mengubah kegarangan kanker menjadi lelucon-lelucon satir hingga pada akhirnya
kanker terlihat seperti seorang yang hanya ingin berjuang untuk hidup sama
halnya dengan penderitanya
“Bahkan kanker pun sesungguhnya bukan
seseorang yang jahat. Kanker hanya ingin hidup.” (330)
Jatuh cinta bisa membuat seseorang
melupakan rasa sakitnya dan berjuang untuk hidup. Augustus dan Hazel memutuskan
untuk saling mencintai di tengah maut yang sewaktu-waktu menghadang. Namun
justru di sinilah letak tragisnya. Novel ini sukses mengaduk perasaan sekaligus
membuat tersenyum. Saya memberi 3,5 dari 4 bintang.
Langganan:
Postingan (Atom)