Kamis, 18 September 2014

AWAS MOBIL HANTU

Sebenarnya saya bukan termasuk orang yang bisa "melihat" hal-hal kasatmata dan itu membuat saya bersyukur. Namun kejadian ini cukup membuat saya merinding. 

Jadi begini ceritanya...


Saya masuk dalam sebuah grup kepenulisan "Penulis Tangguh" yang diasuh oleh mbak Nurhayati Pujiastuti. Setiap minggu kami berlatih membuat cerpen dari cerpen anak sampai cerpen koran. Minggu itu adalah kelas cerpen remaja. Waktu itu saya ingin mencoba menulis cerpen horor. Dalam pikiran saya  sebenarnya sederhana, bisa nggak sih cerpen horor tembus ke media? Akhirnya saya buat cerpen itu. Ceritanya murni rekaan saya. Pada saat menuliskannya saya begitu terhanyut di dalamnya. Saya menulis dengan sangat lancar seakan cerita itu sudah ada dalam kepala saya. Hingga akhirnya cerpen itu saya posting untuk dibedah bersama. 

Inilah bagian merindingnya...

Salah satu teman saya di grup Penulis Tangguh yaitu mbak Utami mengaku jika cerpen itu persis apa yang dialami temannya. Jadi temannya itu ambil S2 di Yogya. Sebut saja namanya Pak Udin. Setiap akhir pekan Pak Udin pulang ke Semarang. Suatu hari karena kemalaman dia tidak dapat bus. Dia memberanikan diri untuk menghentikan sebuah mobil agar bisa menumpang. Sebuah mobil akhirnya berhenti. Di dalam mobil itu ternyata ada sebuah keluarga dengan dua anak. Si ayah duduk di depan setir, si ibu duduk di samping ayah, dan dua anak duduk diam di belakang. Mereka mengaku akan ke Semarang. Akhirnya Pak Udin masuk ke dalam mobil. Selama di dalam mobil tidak banyak yang mereka perbincangkan. Ketika sampai di Semarang Pak Udin turun dan hendak membayar tumpangannya. Namun si ayah  menolak. Katanya dia hanya ingin membantu. Jika berkenan Pak Udin boleh main ke rumah dan si ayah memberikan alamat. 
Selang dua minggu Pak Udin teringat dengan keluarga yang baik hati itu. Diapun berkunjung ke rumah mereka sebagai tanda ucapan terimakasih. Hanya saja rumah itu kelihatan sepi. Dia bertanya kepada tetangganya dan jawaban mengerikan pun meluncur,"Keluarga ini sudah meninggal semua Pak. Kecelakaan."
Dia menanyakan kapan kecelakaan itu dan tetangga menjawab,"Sudah lama banget. Berbulan-bulan yang lalu." Pak Udin terkejut. Berbulan-bulan yang lalu? Terus yang mengantar dia dua minggu yang lalu siapa?

Mendengar cerita Mbak Utami saya merinding habis-habisan. Pada dasarnya cerita itu hampir sama dengan cerpen saya ini. Sebuah keluarga dengan dua anak. Kebetulan? Saya kira tidak. 

Ingin tahun cerpen saya? Sila membaca



Ketika Waktu Berjalan Melingkar

Oleh: Ruwi Meita

Aku tidak suka melakukan perjalanan di malam hari. Mungkin karena aku tidak suka warna hitam apalagi langit berwarna gelap. Rasanya seperti dihimpit bongkahan batu besar jika terkungkung dalam gelap. Kalau tidur pun aku membiarkan lampu kamar terang benderang. Padahal kata sebuah artikel kecantikan,  tidur dengan lampu menyala akan membuat kulit kisut. Ah peduli amat dengan kecantikan toh aku ini cowok. Namun kali ini sepertinya aku tidak punya pilihan. Kami harus melakukan perjalanan di malam hari.

Papa dan mama memaksaku untuk ikut ke rumah kakek. Sebelumnya mereka tidak memberitahu rencana ini kepadaku. Perbincangan mereka di malam sebelumnya terdengar sangat serius. Aku bisa merasakan sedikit ketegangan namun aku tidak berani bertanya sebabnya. Chery, adikku tidak ambil pusing dengan rencana mendadak ini. Dia selalu suka jika diajak ke rumah kakek.

Sebelum pergi aku sempat bersitegang dengan mama karena aku bersikeras ingin tinggal di rumah. Mama tetap ngotot aku harus ikut. Waktunya memang tidak tepat. Seharusnya malam  ini aku menonton film dengan  Rani. Ya, aku ada kencan dan sialnya ini kencan pertama. Aku bahkan sudah melingkari angka pada kalender dengan lingkaran merah menyala. Tanda hari ini sudah lama kunantikan.

Aku tidak peduli dengan jalanan yang sudah gelap saat kami keluar dari Yogyakarta. Perasaanku masih tak karuan saat Rani mengirim sms balasan. Dia hanya menjawab “oke” padahal aku menulis banyak sekali sms  Ah, ingin rasanya lari ke tempat jauh untuk membuang perasaan yang berantakan ini.. Ke Mars atau Neptunus, ke bulan atau ke matahari. Tentu saja aku ingin sebuah balasan yang lebih panjang, misalnya  jangan khawatir Babe. Kita bisa nonton lain hari. Ya, jika ada lain hari.

“Kakak masih marah?” tanya Chery sambil memain-mainkan boneka kelinci berwarna putih bersih.

“Hem,” gumamku tanpa melepaskan mataku dari jalan.

“Kecewa ya acara nonton bareng Kak Rani gagal?”

“Hem.” Aku tidak ingin menanggapi godaan Chery.

“Kakak sudah jadian ya?” godanya dengan suara berbisik.

“Auw!” jeritnya. Diam-diam tanganku mendarat di pahanya dan memuntirnya dengan cubitan yang kecil. Itu kunamakan jurus semut rang-rang. Dijamin rasanya panas, pedas, dan sakit sekali. Muka Chery sampai merah menahan sakit. Dia menimpuk wajahku dengan bonekanya berkali-kali. Sesaat kulihat mata boneka itu berkilat dan aku segera menjauhkannya dari wajahku.

“Ih, nyubit kira-kira dong!” serunya.

“Kalau ngomong juga kira-kira,” bantahku. Aku melengos dan menatap depan. Jam digital di dashboard mobil menunjukkan angka delapan. Kami sudah sampai pada rute yang membuat perut diaduk-aduk. Jalanan sudah mulai berkelok-kelok dan naik turun. Kira-kira tiga kilometer lagi kami akan melewati sebuah rumah di tikungan jalan yang selalu mengundang perhatianku. Rumah itu berada tepat pada tikungan tajam yang terkenal sering memakan korban kecelakaan. Ketertarikanku pada rumah itu terletak pada terasnya yang dipasangi beberapa lentera kecil. Kesannya sederhana tapi eksotis.

Aku bisa mendengar desahan papa dan mama bersamaan. saat melewati tikungan ini. Entah apa yang ada dalam  benak mereka. Apalagi sejak mobil meninggalkan Yogya mereka tak pernah bicara. Sepertinya mereka diliputi pikiran berat. Terus terang aku tidak tahan dengan ketegangan ini. Kulirik Chery di sebelahku. Dia sudah tertidur. Posisi boneka kelincinya menghadap padaku.

Setelah melewati tikungan itu aku merasa getaran-getaran aneh di sekujur tubuhku. Sepertinya warna ungu gelap menyelimuti jalan dan saat kutengok belakang tak terlihat apapun selain kabut yang membuntuti seperti embusan napas naga. Mama memutar lagu lama, sebuah lagu pada zamannya yang bercerita tentang patah hati. Lagu itu mengalun lembut, mengaduk-aduk perut dan perasaaku. Sungguh semakin memperburuk suasana. Sayangnya, aku sudah terlalu lelah untuk protes.

Aku baru menyadari mobil telah berhenti saat mama mematikan lagu. Kami belum sampai sebab kanan kiriku masih gelap dan bayangan pohon-pohon besar menjulang pada entah. Ranting-rantingnya yang kokoh, bercabang dan terentang seperti ribuan tangan yang hendak mencengkeram. Dan aku bisa mendengar mereka berdenting. Seharusnya suaranya bergesekan namun aku yakin ranting-ranting itu berdenting. Chery masih tidur. Nyenyak sekali sampai-sampai aku berpikir dia tak bernapas. Oh benar saja, suasana gelap ini sudah memengaruhi pikiran warasku. Itulah sebabnya aku benci melakukan perjalanan di malam hari.

“Kenapa kita berhenti, Ma?”

“Ada yang butuh bantuan.”

Belum sempat aku bertanya lagi mamasudah menurunkan kaca mobil,” Ibu butuh tumpangan?” tanyanya pada seseorang yang berdiri di pinggir jalan dengan membawa sebuah karung.

“Wah terimakasih. Saya kemalaman dan kehabisan bus,” kata seorang perempuan paruh baya dengan pakaian sederhana. Dia mengenakan kain jarik di bawah lutut dan atasan kebaya tua dengan model sederhana. Pakaian semacam ini memang sering dipakai oleh penduduk setempat.

“Tom, geserlah. Biar ibu ini duduk di sampingmu.”

Aku hendak protes namun mama menajamkan matanya sementara papa berdehem dengan suara berat. Memberikan tumpangan untuk orang tak dikenal malam-malam begini bukankah itu ide buruk? Pantat kugeser setelah membuka pintu untuk ibu yang membawa karung itu. Dia masuk dan tersenyum padaku. Wajahnya sedikit pucat. Mungkin karena kedinginan di luar. Dia menutup pintu setelah meletakkan karung di antara kedua kakinya. Mataku menyelidiki karung itu. Kira-kira apa isinya?

“Isinya ketela,” kata ibu itu seakan menjawab pertanyaan di kepalaku. Aku mengangguk canggung, merasa tak enak sebab sikap curigaku tercium olehnya.

Mobil berjalan kembali.

“Ibu, mau kemana?” tanya mamaku.

“Ke desa Gading.”

“Jauh juga ya Bu. Tadi Ibu mau jalan kaki?”

“Iya. Lha gimana lagi. Jalan di sekitar sini terkenal angker. Di tikungan tadi banyak kecelakaan. Kemarin ada yang meninggal tertabrak truk. Padahal sebulan yang lalu baru saja ada kecelakaan berantai. Banyak yang mati. Ngeri,” kata ibu itu dengan suara parau. Dia mengusap-usapkan kedua telapak tangannya. Sepertinya dia memang kedinginan.

“Beruntung sekali saya dapat tumpangan. Terimakasih banyak.”

Aku melirik ibu itu. Senyumnya mengembang. Ada sehelai rambut tumbuh  pada tahi lalat besar di atas bibir yang berwarna gelap, Kontras dengan wajah pucat dan rambutnya yang memutih di sana-sini. Hidungnya melekuk seperti bekas luka. Lubang di telinganya melebar  dan sejumput ilalang menyumpal lubang itu. Cara yang aneh mengganti anting-anting dengan batang ilalang. Bagaimanapun ibu ini terlihat sangat ganjil di mataku.

“Ngomong-ngomong Ibu sekeluarga mau kemana?” tanya ibu itu.

“Kami mau ke Jatiayu.”

“Ada saudara di sana?”

“Bapak saya tinggal di sana,” jawab mamaku.

“Ooo begitu.”

Setelah itu hanya ada keheningan dan mama memecahnya dengan memutar lagu lama favoritnya pelan. Tak lama kemudian aku mendengar suara tangan menggaruk-garuk. Aku sangat yakin suara itu berasal dari dalam karung itu. Bulu kudukku meremang. Chery masih tertidur lelap. Kuinjak kaki Chery agar bangun namun dia hanya menggeliat. Aduh Cher, bangun dong. Masa hanya aku yang ketakutan begini. Jangan-jangan isi karung itu bukan ketela tapi…

“Adik itu tidurnya nyenyak banget ya?” kata ibu itu tiba-tiba sambil menunjuk pada Chery.

Aku hanya meringis dan mengangguk. Tak berani mengucap sepatah kata. Suara garukan itu semakin keras. Mama dan papa tak bereaksi apa-apa. Kulihat mamaku dari kaca spion. Wajahnya tak berekspresi, seakan tak mendengar apa-apa. Ujung mataku berusaha melihat isi karung itu. Dadaku berdebaran. Aku yakin karung itu bergerak. Kaki Chery kutekan semakin kuat.  Bagaimana bisa dia tidur lelap dalam kondisi seperti ini?

“Ngomong-ngomong rumah Ibu sama Pak Lurah Jatiayu itu sebelah mana ya?” tanya Ibu itu.

“Saya anaknya Bu.”

“Oh, anaknya Pak Lurah Jatiayu, yang di Jakarta itu ya?”

“Bukan yang di Yogya.”

“Yang di Yogya? Sebulan yang lalu bukannya anak Pak Lurah yang di Yogya…”

“Kenapa Bu?”

Ibu berwajah pucat itu semakin pasi. Giginya bergemeletuk. Tangannya mencengkeram ujung karungnya yang diikat dengan tali rafia.

“Saya turun sini saja Bu,” kata ibu itu.

“Kita masih di hutan Wanagama. Sebentar lagi baru sampai desa Gading.”

“Rumah saya di sini kok.”

Rumahnya di hutan? Pekikku dalam hati. Lututku melemas. Karung itu membeku di tangan ibu itu. Tak lagi bergerak seperti tadi. Mobil berjalan pelan dan berhenti di pinggir jalan. Mamaku menoleh ke belakang.

“Ibu yakin mau turun di sini?”

Aku tercekat. Rasanya seperti menelan lidahku sendiri. Kulihat wajah mamaku bergetar. Sobekan panjang membelah dari dahi sampai dagu dan mengucurkan darah tiada habis. Suara garukan itu terdengar lagi tapi tidak berasal dari karung itu. Asalnya dari sampingku. Aku menoleh. Adikku Chery sudah bangun dan menoleh padaku sembari terisak dengan suara tertahan. Tangannya menggaruk-garuk pintu sementara pecahan kaca besar menancap di dadanya. Boneka kelinci putih di pangkuannya telah berlumuran darah. Aku menggeleng-gelengkan kepala. Ada apa ini? Bagaimana dengan Papa? Aku hanya bisa melihatnya dari spion. Matanya nyalang tanpa sinar kehidupan. Tak ada luka di sana, Namun bagian belakang kepalanya pecah.

Lalu ibu berwajah pucat itu? Dimana dia? Aku baru sadar jika pintu sudah terbuka dan karung itu telah robek, isinya keluar semua. Ternyata memang ketela. Di kejauhan kulihat ibu itu berlari tunggang langgang sambil berteriak-teriak.

“Mama?” desisku.

“Kitalah hantunya, Tom! Kitalah hantunya,” kata mama sambil menitikkan airmata. Dia menunjuk perutku. Aku menunduk. Ya Tuhan, banyak sekali darah di sana. Terlalu banyak.  Aku menggelengkan kepala tak percaya. Kupejamkan mata mencoba mengerti.Pada saat itu waktu kembali pada awal. Hening. Beku. Hatiku menggoda mataku untuk terbuka. Ternyata mobil masih berhenti tapi kami berada di tempat berbeda. Kembali pada tikungan tajam itu. Mama menurunkan kaca jendela. Seorang laki-laki muda dengan ransel di punggung tersenyum pada kami.

“Butuh tumpangan Mas?” tanya mama. Laki-laki itu mengangguk. Dadaku pun ngilu.





Nah sekarang waktunya saya menantang http://bagoezone.blogspot.com. Saya ingin lihat apa dia bisa membuat foto yang lebih seram dari ini?

 

 Ingin satu eks novel Kamera Pengisap Jiwa? Mampir ke twitter saya @RuwiMeita25 jam 19.00 ya.Pas Malem Jumat lho. Asyik nggak?
 

5 komentar:

  1. ppfhhh..., walau waktu awal bacanya sudah ketebak siapa hantunya, tetep aja merinding bombay. suka deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. SALAM KENAL SEMUA,…!!! SAYA MAS JOKO WIDODO DI SURABAYA.
      DEMI ALLAH INI CERITA YANG BENAR BENAR TERJADI(ASLI)BUKAN REKAYASA!!!

      Saya Sangat BerTerima kasih Atas Bantuan Angka Ritual AKI…Angka AKI KANJENG Tembus 100%…Saya udah kemana-mana mencari angka yang mantap selalu gak ada hasilnya…sampai- sampai hutang malah menumpuk…tanpa sengaja seorang teman lagi cari nomer jitu di internet…Kok ketemu alamat KI KANJENG..Saya coba beli Paket 2D ternyata Tembus…dan akhirnya saya pun membeli Paket 4D…Bagai di sambar Petir..Ternyata Angka Ritual Ghoib KI KANJENG…Tembus 4D…Baru kali ini saya mendapat angka ritual yang benar-benar Mantap…Bagi saudara yang ingin merubah Nasib anda seperti saya…Anda Bisa CALL/SMS Di Nomer KI KANJENG DI 085-320-279-333.(((Buktikan Aja Sendiri Saudara-Saudari)))

      …TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA AKI KANJENG…

      **** BELIAU MELAYANI SEPERTI: ***
      1.PESUGIHAN INSTANT 10 MILYAR
      2.UANG GAIB
      3.JUAL TUYUL MEMEK
      4.ANGKA TOGEL GHOIB.DLL..

      …=>AKI KANJENG<=…
      >>>085-320-279-333<<<





      SALAM KENAL SEMUA,…!!! SAYA MAS JOKO WIDODO DI SURABAYA.
      DEMI ALLAH INI CERITA YANG BENAR BENAR TERJADI(ASLI)BUKAN REKAYASA!!!

      Saya Sangat BerTerima kasih Atas Bantuan Angka Ritual AKI…Angka AKI KANJENG Tembus 100%…Saya udah kemana-mana mencari angka yang mantap selalu gak ada hasilnya…sampai- sampai hutang malah menumpuk…tanpa sengaja seorang teman lagi cari nomer jitu di internet…Kok ketemu alamat KI KANJENG..Saya coba beli Paket 2D ternyata Tembus…dan akhirnya saya pun membeli Paket 4D…Bagai di sambar Petir..Ternyata Angka Ritual Ghoib KI KANJENG…Tembus 4D…Baru kali ini saya mendapat angka ritual yang benar-benar Mantap…Bagi saudara yang ingin merubah Nasib anda seperti saya…Anda Bisa CALL/SMS Di Nomer KI KANJENG DI 085-320-279-333.(((Buktikan Aja Sendiri Saudara-Saudari)))

      …TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA AKI KANJENG…

      **** BELIAU MELAYANI SEPERTI: ***
      1.PESUGIHAN INSTANT 10 MILYAR
      2.UANG GAIB
      3.JUAL TUYUL MEMEK
      4.ANGKA TOGEL GHOIB.DLL..

      …=>AKI KANJENG<=…
      >>>085-320-279-333<<<





      SALAM KENAL SEMUA,…!!! SAYA MAS JOKO WIDODO DI SURABAYA.
      DEMI ALLAH INI CERITA YANG BENAR BENAR TERJADI(ASLI)BUKAN REKAYASA!!!

      Saya Sangat BerTerima kasih Atas Bantuan Angka Ritual AKI…Angka AKI KANJENG Tembus 100%…Saya udah kemana-mana mencari angka yang mantap selalu gak ada hasilnya…sampai- sampai hutang malah menumpuk…tanpa sengaja seorang teman lagi cari nomer jitu di internet…Kok ketemu alamat KI KANJENG..Saya coba beli Paket 2D ternyata Tembus…dan akhirnya saya pun membeli Paket 4D…Bagai di sambar Petir..Ternyata Angka Ritual Ghoib KI KANJENG…Tembus 4D…Baru kali ini saya mendapat angka ritual yang benar-benar Mantap…Bagi saudara yang ingin merubah Nasib anda seperti saya…Anda Bisa CALL/SMS Di Nomer KI KANJENG DI 085-320-279-333.(((Buktikan Aja Sendiri Saudara-Saudari)))

      …TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA AKI KANJENG…

      **** BELIAU MELAYANI SEPERTI: ***
      1.PESUGIHAN INSTANT 10 MILYAR
      2.UANG GAIB
      3.JUAL TUYUL MEMEK
      4.ANGKA TOGEL GHOIB.DLL..

      …=>AKI KANJENG<=…
      >>>085-320-279-333<<<

      Hapus
  2. ceritanya keren.. Oh ya kalo mau gabung di grup kepenulisan "penulis Tangguh" gimana ya caranya?
    mungkin bisa di ceritakan ke : callmedreamerr@gmail.com
    terimakasih :)

    BalasHapus
  3. Wah dari segi hantunya ya, kasian Mbak aku sama nenek itu ketelanya ditinggal :( jadi inget salah satu cerpen di The Legends karya Jounatan, pernah aku review di sini www.umimarfa.web.id/2015/07/the-legends-review.html

    BalasHapus
  4. SAYA SEKELUARGA INGIN MENGUCAPKAN BANYAK TERIMAH KASIH KEPADA AKI NAWE BERKAT BANTUANNNYA SEMUA HUTANG HUTANG SAYA SUDAH PADA LUNAS SEMUA BAHKAN SEKARAN SAYA SUDAH BISA BUKA TOKO SENDIRI,ITU SEMUA ATAS BANTUAN AKI YG TELAH MEMBERIKAN ANKA JITUNYA KEPADA SAYA DAN ALHAMDULILLAH ITU BENER2 TERBUKTI TEMBUS..BAGI ANDA YG INGIN SEPERTI SAYA DAN YANG SANGAT MEMERLUKAN ANGKA RITUAL 2D 3D 4D YANG DIJAMIN 100% TEMBUS SILAHKAN HUBUNGI AKI NAWE DI 085-218-379-259

    BalasHapus