Sebelum Kiri
Lamari menebak siapa pembunuh Kiandra saya mengucapkan terimakasih
sedalam-dalamnya kepada semua pembaca novel Misteri Patung Garam yang telah
memberikan apresiasi yang luar biasa dan juga para peserta blog tour yang telah
setia mengikuti dari awal sampai akhir. Peserta puncak blog tour Misteri Patung
Garam lumayan banyak.
Ada
yang jawabannya benar namun analisisnya salah. Ada jawaban yang lucu. Kali ini saya menilai
analisis jawaban yang paling mendekati dugaan Kiri Lamari. Untuk itu kita simak
lanjutan ceritanya
Kiri
Lamari menatap Doni, Fani, Kania, dan Farhan secara bergantian. Kenes dan Ireng
berdiri di dekat pintu kamar mandi.
“Apakah
sebelumnya Kiandra pernah melakukan percobaan bunuh diri?”
“Ya,
dia sempat melakukannya dua kali. Yang pertama dia sempat memotong nadinya
namun untung Fani menemukannya tepat waktu. Lalu yang kedua Kiandra pernah
overdosis obat-obatan. Jika Fani tidak menemukannya tepat waktu nyawanya pasti
tak terolong,” jawab Kania. Kiri melirik Fani yang tertunduk.
“Sekarang
Anda juga yang menemukan Kiandra pertama kali?” Tanya Kiri pada Fani. Perempuan
itu mendongakkan wajahnya lalu menggumamkan kata “ya” dengan pelan.
“Kamu
sangat dekat dengan Kiandra?” selidik Kiri.
“Ya
tentu saja. Kiandra sangat tergantung dengan saya. Jika dia ingin memutuskan
sesuatu hal dia pasti bertanya pada saya. Sayangnya dia tak pernah menanyakan
pendapat saya jika dia hendak bunuh diri. Dan sekarang saya terlambat. Dia
sudah mati,” kata Fani dengan nada gemetar.
“Apa
menurutmu dia bunuh diri?”
Fani
menatap Kiri dengan tatapan tak berdaya,”Dia pernah melakukannya dan aku takkan
kaget jika dia melakukannya lagi.”
Kiri
gantian menatap Farhan yang masih memegang bahu Fani.
“Bisnis
apa yang akan kalian buat?”
“Kami
masih membuat rencana. Ada
dua pilihan yaitu membuka restoran atau toko online.”
“Jadi
buku-buku itu semua milik Kiandra?”
Farhan
mengangguk,”Kiandra mencoba belajar.”
Kenes
maju ke depan,”Jadi bagaimana mungkin seseorang yang sedang semangat belajar
tiba-tiba bunuh diri?”
“Pertanyaan
yang bagus, Kenes,” kata Kiri.
Kania
menatap Kiri tak percaya,”Maksudmu dia dibunuh?”
Kiri
hanya mengedikkan bahu,”Apakah kalian tahu ada pertengkaran sebelumnya? Mungkin
Kiandra sedang bersitegang dengan seseorang?”
Farhan
melepaskan tangannya dari bahu Fani. Dahinya mengerut,”Kemarin aku sempat
melihat Doni dan Kiandra sedang ribut di parkiran hotel. Tapi aku hanya
melihatnya dari jauh.”
“Lalu
bagaimana Anda memastikannya jika mereka sedang ribut?”
“Kiandra
menunjuk-nunjuk wajah Doni dengan jarinya dan dia menepis tangan Doni saat
berusaha memegang bahunya. Mereka terlihat gusar.”
Kiri
berjalan kea rah Doni,”Bisakah Anda jelaskan apa yang dilihat saudara Farhan?”
Laki-laki
yang sudah rapi dengan setelan jas mahal itu menghela napas panjang,”Saya
menyuruh Kiandra untuk berdiri di depan untuk mendampingi Kania tapi dia
menolak. Dia pikir saya sengaja membuatnya ditertawakan orang banyak padahal
maksud saya tidak begitu. Saya hanya ingin Kiandra juga bahagia di hari
pertunangan kami, bahwa dia adalah bagian dari keluarga.
“Jadi
bukan karena hal lain?”
“Maksud
Anda?”
“Cinta
segitiga misalnya.”
“Hah,
Anda menuduh saya ada affair dengan Kiandra?”
“Bukan
Kiandra, tapi Fani.”
Semua
orang yang ada di ruangan itu menatap Fani, meminta jawaban.
“Ini
menggelikan. Anda tidak punya bukti,” protes Fani.
“Saya
kira Kiandra menyuruh Doni membatalkan pertunangan sebab dia mencium gelagat
buruk. Kiandra tidak ingin saudaranya terluka akibat perselingkuhan itu dan
dipermalukan di depan orang banyak.”
“Anda
sudah di luar batas,” seru Doni.
“Benar,
saya tahu siapa tunangan saya dan dia tidak akan melakukan semua itu,” imbuh
Kania meradang.
Kiri
mengacungkan lembaran kertas dan kartu remi tiga hati dengan titik hitam dari
spidol.
“Surat ini terlihat aneh bagi saya sampai saya melihat
hubungan antara kartu remi dengan surat .
Namun sepertinya ini bukanlah surat ,
sobekannya terlihat buru-buru. Seperti disobek dari buku. Saya pikir tulisan
ini berasal dari buku harian Kiandra. Dia termasuk orang yang menyembunyikan
hal sebenarnya dengan kode. Dia tahu suatu hari nanti seseorang mungkin membaca
buku hariannya sehingga ia perlu menyembunyikan kebenaran perasaan atau
pikirannya. Semacam rahasia yang disembunyikan di balik rahasia. Seseorang tahu
kebiasaan Kiandra, tentunya dia pasti dekat dengannya. Dialah yang menyobek
bagian ini dan membuangnya ke tempat sampah beserta kunci pemecahannya. Kartu
remi ini kuncinya. Tanda titik itu bisa mengacu pada kalimat. Lalu saya
menandai kata ketiga yang ada pada tiap kalimatnya. Hasilnya sungguh luar
biasa. Surat
ini adalah sebuah kode. Sebuah sandi. Saya sudah tahu siapa pembunuhnya. Satu
di antara kalian.”
Suasana
menjadi tegang. Kiri menyuruh Kenes mendekatinya,”Coba garis bawahi kata ketiga
pada tiap kalimat di surat
ini lalu bacakan.”
Kiri
menyerahkan sapu tangan untuk Kenes. Gadis itu membungkus tangannya dengan sapu
tangan lalu meraih kertas itu. Dia tahu dia tak boleh merusak barang bukti.
Dengan cekatan Kenes menandai kata ketiga dari kalimat di surat itu.
“Aku
sudah selesai,” kata Kenes
“Sekarang
bacakan.”
“Jangan
bertindak bodoh, Kania. Kania sudah tahu hubungan gelap Doni dengan Fani. Kania
hancur dan akan nekat. Aku menemukan obat tidur dalam tas Kania. Dia akan
membunuh Fani.”
Kania
mundur beberapa langkah dan menggelengkan kepala,”Itu tidak masuk akal.”
“Kamulah
pembunuhnya, Kania. Sebenarnya kamu merencanakan membunuh Fani namun Kiandra
sudah mengendusnya. Kamu menjadi bingung dan mencoba membungkam Kiandra lebih
dulu.,” kata Kiri.
“Tidak!”
seru Kania
“Kamu
membuatnya terlihat sebagai bunuh diri. Sebelumnya kamu menidurkannya dengan obat
tidur lalu menyeretnya ke dalam bath tub, menenggelamkannya.”
“Doni
ingin mengumumkan pertunangannya dengan Fani, bukan denganku. Kalian lihat
kenapa si jalang itu memakai baju yang lebih indah dariku? Apapun kulakukan
untuk menghentikan pesta pertunangan ini. Seharusnya Fani yang tenggelam di sana bukan Kiandra.
Sayangnya, Kiandra merengek-rengek padaku untuk menghentikan niatku. Dia
menyuruhku menghadapi kenyataan. Hah kenyataan tai kucing. Aku takkan
membiarkan si Jalang itu merebut semua yang seharusnya jadi milikku.”
Tiba-tiba
Kania meraih botol gelas di dekat mini bar lalu berlari ke arah Fani. Kenes
bertindak cepat. Dia menangkap tangan Kania dan memuntirnya ke bagian
punggungnya. Jurus mengunci itu sangat dikuasainya. Sementara itu Ireng bertindak
tak kalah cepat. Dia menubruk Fani, mencoba menghindarkannya dari serangan
Kania. Kiri yang melihatnya mengangkat alisnya.
“Lumayan
juga kalian.”
Nah,
ada beberapa orang yang sudah menjawab benar antara lain Eni Lestari, Bimo
Rafanda, Yeppun Arpah, Etika Setya, Alika Cynnthia, Kinudang Baskoro, Ariansyah
ABO, Ananda Nur Fitriani. Tapi saya harus memutuskan dua orang saja yang berhak
atas dua hadiah yang sudah saya siapkan dengan cara mengundi nama peserta yang
menjawab benar. Dan pemenangnya adalah:
Pemenang
satu berhak mendapat jam dinding, Novel MPG, novel saya yang lain dan gantungan
kunci : Bimo Rafanda
Pemenang
kedua berhak mendapat tumbler, novel MPG, novel saya yang lain, dan gantungan
kunci. : Ananda Nur Fitriani
Sila
mengirim alamat lengkap beserta no telepon ke email ruwi_m@yahoo.com
Selamat
untuk para pemenang. Bagi yang belum beruntung, jangan kecewa karena tanggal 25
Mei nanti akan ada blog tour novel terbaru saya Days Of Terror.
Salam
Terimakasih mbak :D data diri segera meluncur =))
BalasHapusSelamat ya buat para pemenang. Saya belum beruntung =)
BalasHapusWeleh-weleh, Mbak Ruwi ini tidak teliti membaca nama saya :3
BalasHapusOmong-omong, selamat buat pemenang! :D
*menunggu 25 Mei 2015 :3
Oh jd begitu toh
BalasHapuswalo gak menang, puas saya nebak2 hahaha