Di saat Bayang-Bayang Masa Lalu
Memengaruhi Masa Kini
Penulis : Dyah PrameswariePenerbit : Mokamedia
Tahun Terbit : 2014
ISBN : 9797958728
Jumlah Hal : 224 hlm Halaman
Dua Masa di Mata Fe adalah sebuah novel
yang mengambil latar belakang kerusuhan Mei 1998. Novel ini adalah sebuah kilas
balik masa kelam yang dialami Fe yang diceritakan kepada anaknya yang sudah
beranjak remaja bernama Christie. Ketakutan Fe ini dipicu kedekatan Christie
dengan seorang cowok bernama Fathir, seseorang yang mengingatkan Fe akan
seorang pemuda di masa lalunya.
Dan cerita inipun
dimulai…
Pada malam kerusuhan Mei 1008 sama seperti keluarga keturunan Tionghoa lainnya,
Asen dan keluarganya juga kebingungan memutuskan apakah mereka akan pergi malam
itu atau menunggu esok hari. Kedua anaknya Edric dan Fe memaksanya untuk berangkat
malam itu tapi Asen justru memilih cara lain. Dia menulisi rolling gate
bengkelnya dengan tulisan “RUMAH/BENGKEL PRIBUMI”. Sayangnya kerusuhan tak
dapat dielakkan. Sekelompok pemuda masuk ke bengkel Asen. Mereka merampok, membunuh Edric dan Asen, kemudian
memerkosa Padma (istri Asen) sebelum dibunuh. Nasib Fe sangat beruntung
sebab dia sudah disembunyikan ayahnya di dalam bagasi mobil corolla. Asen juga menitipkan kotak harta bendanya
kepada Fe.
Di luar dugaan mobil corolla
itu dilarikan oleh Raish, salah satu pemuda yang ikut dalam kerusuhan itu. Sebenarnya
Raish dipaksa untuk ikut. Dia juga tidak pernah menyangka kerusuhan itu
berakhir tragis dan mengubah nasibnya malam itu. Apalagi saat Raish menemukan
Fe tergeletak lemas di bagasi dengan mendekap kotak sepatu yang berisi harta
Asen. Raish tidak punya pilihan lain selain membawa Fe ke rumah Ambu di Puncak.
Di sana Ambu menyarankan Raish untuk mengantar Fe ke Surabaya, ke rumah kakek
dan nenek Fe.
Perjalanan dari Puncak menuju Surabaya
tidaklah semulus yang Raish dan Fe kira. Namun justru halangan-halangan inilah
yang membuat mereka berdua semakin dekat, meski Raish masih belum berani membuka
siapa dirinya. Apa jadinya jika Fe tahu Raish yang dikiranya penyelamatnya itu
justru salah seorang yang terlibat kerusuhan dan menewaskan seluruh
keluarganya.
Novel ini
memiliki kelebihan yaitu
· Berani mengambil latar belakang kerusuhan Mei 1998 yang bisa “menjerumuskan” novel remaja ini menjadi “berat”
· Gaya penceritaannya yang mengalir, ringan, dan mudah dipahami memberi porsi yang seimbang untuk tema yang berat
· Kaver menarik, eye catching dengan lay out serta font yang memanjakan mata.
· Novel ini membuktikan sebuah novel remaja tidak melulu mengenai kisah sepasang remaja yang jatuh cinta lalu putus. Namun sebenarnya kisah cinta bisa dibentuk lalu diperumit dengan latar yang tidak biasa.
Karena saya tidak
jago mengritik lebih baik saya memberi masukan saja.
· Karena novel ini mengambil tema yang sensitif maka terlihat sekali penulisnya sangat berhati-hati dalam pengolahannya sehingga yang terjadi karakter tokoh-tokoh utamanya tidak masuk dan meresap dalam cerita. Mungkin jika diselipkan isu agama dan isu masyarakat minoritas dan mayoritas dalam dialog atau narasi akan mengentalkan latar sosial dalam novel ini. Tentunya dengan penyampaian yang bijaksana.
· Penyelesaian novel ini terlalu mudah yaitu saat terbongkarnya jati diri Raish sebenarnya. Tadinya saya membayangkan para polisi itu akan menangkap Raish di Surabaya. Sebab di awal novel tokoh-tokoh polisi ini digambarkan dengan detil dan saya kira akan dimunculkan lagi, ternyata tidak. Mereka seakan hilang begitu saja.
· Alasan Fe untuk menceritakan masa kelamnya kepada anaknya Christie menurut saya kurang kuat. Apalagi karakter Christie sendiri juga kurang kuat dan nanggung.
· Untuk novel ini saya memberi 3 diantara 5 bintang
Untuk Mbak Dyah kutunggu karya-karyamu selanjutnya
Apa nilai moral yang terkandung di novel ini..?
BalasHapus