Sabtu, 01 Maret 2014

REVIEW FILM THE WEATHER MAN




            David Spritz (Nicolas Cage) adalah seorang pembawa berita cuaca yang sukses namun gagal dalam rumah tangga. Dia berpisah dengan istrinya Noreen (Hope Davis) dan dua anaknya Mike (Nicholas Hoult) dan Shelly (Gemmenne de la Pena). Meskipun David mendapat bayaran tinggi untuk profesinya namun dia tidaklah senang dengan apa yang sudah diraihnya. Apalagi banyak orang tak dikenal melemparinya dengan minuman atau makanan fast food di jalan dengan alasan David mendapat bayaran tinggi yang tak sepadan dengan pekerjaannya yang sepele. Belum lagi David hidup dibalik bayang-bayang ayahnya Robert Spritzel (Michael Caine) seorang penulis peraih Pulitzer Price yang disegani. Keminderan David terhadap ayahnya membuat dia mengubah nama belakangnya. David mencoba menulis novel seperti ayahnya namun selalu gagal. Menurut Noreen, istrinya novel David sangatlah buruk. Beban yang ditanggung David dalam persoalan profesi membuatnya dia sangat kasar dengan orang tak dikenal yang mencoba menyapanya.
            Robert menyuruh David untuk lebih memerhatikan anak-anaknya. Mike masih dalam masa rehabilitasi akibat narkoba sementara Shelly mulai bermasalah dengan berat tubuhnya yang terus membengkak. Shelly mulai merokok secara diam-diam. Di sekolah Shelly dijuluki si Kaki Unta akibat cara berpakaiannya yang tidak sesuai. Dia suka memakai celana ketat yang menonjolkan bagian intimnya yang sekilas mirip kaki unta. David mencoba mendekati anak-anaknya. David bertanya pada Shelly apa yang ingin dia lakukan dan Shelly menjawab memanah. David mendaftarkan Shelly di kelas memanah dan di hari pertama Shelly sudah kapok karena string busur berulangkali menyakiti tangannya. Pada akhirnya memanah justru akan menjadi kegemaran David di kemudian hari.
Saat David mencoba melamar pekerjaan yang lebih bergengsi  di New York sebagai pembawa acara Hello Amerika, dia mengajak serta Shelly dan Robert ayahnya. Robert menderita lymphomania dan dia membutuhkan pendapat kedua dari seorang dokter yang kebetulan berada di New York. Di New York David membelikan Shelly pakaian yang lebih sesuai dan Shelly menyukainya. Mereka belanja habis-habisan di Mall. Saat David selesai dengan audisinya dia mendapat kabar jika Mike, putranya ditangkap polisi sebab dituduh terapisnya telah mencuri dompetnya. David segera pulang dan dia marah sebab yang mengurus segalanya justru Russ, teman dekat Noreen. David menamparnya dan terjadi keributan. Kelak David juga menghajar terapis Mike yang ternyata sudah memaksa Mike untuk melakukan oral sex. Saat Mike menolak maka terapis itu menuduhnya mencuri dompet. Saat mengetahui kebenarannya David segera menghajar terapis itu.
Berita buruk terjadi secara beruntun, penyakit Robert semakin parah dan umurnya tinggal hitungan bulan. Ibu David membuat sebuah pesta pemakaman unik yang digelar saat Robert masih hidup dengan maksud setiap orang masih melihatnya dalam keadaan hidup. David dipersilakan membuat pidato di acara itu. Saat dia baru mengatakan beberapa kalimat tiba-tiba lampu mati. David belum berkesempatan mencurahkan perasaannya pada ayahnya. Lalu Noreen berencana menikahi Russ dan itu sangat menghancurkan hati David. David terus berlatih dengan panahnya. Kemana-mana dia membawa busur panah dan sedikit demi sedikit tak ada orang yang melemparinya junk food. Mungkin karena David membawa panah kemana-mana, mungkin juga karena dia mulai bersikap ramah dengan orang-orang di sekitarnya. Dan Robert pun meninggal. David sadar dia harus melanjutkan hidupnya. Dia akhirnya menerima tawaran kerja di New York. Meski dia tak bisa bersama Noreen namun dia terus menjaga hubungan baik dengan anak-anaknya.
Dialog yang membekas di hati saya pada saat Robert bicara dengan David. Robert berkata,”Aku sudah baca novelmu.” David mendengus dan mengeluh,”Celaka. Novelku jelek. Semula aku ingin memperbaikinya lalu kubuang. Jelek.” Robert berkata pada David,”Itu yang Ayah lakukan David. Ayah berlatih dan itu membuat Ayah menjadi ahli. Seperti kamu dan ramalan cuaca.” David berseru seketika,”Aku tidak meramalkannya Yah. Tak ada yang bisa meramalkannya. Itu hanya angin dan angin menyebar kemana-mana. Brengsek.” Robert yang bijaksana lalu mengatakan kalimat yang sangat saya suka. “Dalam kehidupan yang menyedihkan ini kita harus membuang beberapa hal. Kita harus membuangnya dalam hidup yang menyedihkan ini.”Dialog ini secara subjektif cukup bisa memacu semangat saya sebagai seorang penulis.
Dulu saya sempat membayangkan bagaimana visual seseorang dengan pakaian modern membawa busur panah dan berjalan di jalan yang riuh. Pasti akan sangat artistik. Seakan segalanya bertubrukan. Saya bahkan sempat berpikir untuk membuat novel berdasar visual itu. Lalu saya menemukan film ini di rental film. Saya tak menyangka film ini mewujudkan imajinasi saya dan saya segera menyukai film ini. Saya juga suka acting Nicolas Cage saat dia berperan sebagai David. Mungkin dia harus lebih sering berperan sebagai orang depresi yang ganteng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar