“Nggak apa-apa, kan nanti yang
seharusnya menyeramkan hantunya. Bukan bonekanya,” jawabku sambil melirik Nova.
Yah, selain dia bertugas sebagai pengambil gambar, editor, Nova juga berperan
sebagai hantu Arumi Sheena. Kasian banget dia! Seharusnya kamera yang dibawa Monik adalah kamera polaroid. Karena tidak dapat pinjaman akhirnya cuma pakai kamera saku. Warnanya pink pas dengan kostum Monik.
Setelah bersiap-siap saya menyuruh mereka membaca skenarionya yang ternyata
mengalami perubahan di lapangan. Kami mengambil syuting di dua tempat
yaitu di halaman rumah dan di TK Little Star, sekolah anak saya. Saat syuting di halaman rumah yang paling heboh
sendiri tentunya Kaka, anak saya. Dia berlari ke sana kemari dengan harapan
bisa masuk di kamera. Duh, rempong juga nih. Untung ayahnya sudah ada di
rumah jadi dia bisa diam saat syuting berlangsung. Kami hanya mengambil gambar
di rumah selama sepuluh menit lalu langsung cabut ke TK. Untung si Kaka mau dibujuk
supaya tidak ikut. Soalnya itu kan TK dia, bisa-bisa nggak jadi syuting tapi
malah nungguin dia main prosotan.
Suasana di TK cukup lengang. Saya
cukup bersyukur sebab suasannya pas dengan yang saya harapkan. Daun-daun kering
yang berjatuhan kelihatan mistis saat ditiup angin. Nova tidak melewatkan
kesempatan itu dan segera mengambil gambarnya. Nah, sekarang yang repot adalah
saat membuat ayunan bergerak sendiri. Saya sudah menyiapkan benang jahit untuk
menarik ayunan. Harapan saya benang itu tidak akan kelihatan di kamera.
Pengambilan gambar dilakukan berulang kali untuk adegan ayunan yang bergerak
sendiri. Nova selalu kecewa sebab benangnya tetap kelihatan. Akhirnya saya
menyuruhnya mengambil gambar ayunan di bagian bawah dan saya menarik ayunannya
dengan benang dari atas. Hasilnya ayunan tidak bergerak maju mundur tapi
melingkar. Hehehe. Dan di penghujung “cut” benangnya langsung putus. Dasar
Amatir! Hahahaha.
Pada
waktu adegan jungkat-jungkit saya bertugas mengangkat jungkat-jungkitnya agar
bergerak sementara Monik duduk di sana. Duh ternyata si Monik berat juga.
Rasanya kaya angkat barbel. Eh tapi Monik cantik kok. Besok kalau bikin trailer
kamu main lagi ya. #Ngarep Soalnya Monik ini selain berperan sebagai Anabel dia
juga pernah jadi Kaliluna untuk trailer
book “Kaliluna : Luka di Salamanca”. Sudah pernah lihat trailernya? Cek di
sini.http://www.youtube.com/watch?v=qRrphevpWH8
Pada scene terakhir di TK kami sempat
kecewa sebab baterai kamera habis. Untung Nova sudah mengambil semua scene di
TK. Kami pun disambut Kaka yang masih bersemangat ingin ikut syuting. Ayahnya
segera mengajak Kaka naik sepeda supaya tidak mengganggu jalannya syuting. Dia
lebih memilih dibonceng sepeda unta daripada lihat kami syuting. Syukurlah.
Baterai kamera dicharge
selama Nova mempersiapkan dirinya untuk jadi hantu. Rambutnya yang panjang dan
ikal rupanya sangat membantu penampilannya. Karena waktunya mepet jadi kami
menggunakan jurus ala kadarnya yaitu tanpa make up dan wajah tinggal ditutupi
rambut saja. Nova memakai kostum baju terusan yang dulu dipakainya waktu SD. Hah
serius kamu No? Masa baju SD masih muat padahal kamu sudah kelas 2 SMA.
Tapi Nova memang mungil banget kalau berdiri dekat tantenya ini bisa dikira
Hagrid bersanding dekat Hermione. Hehehe.
Pengambilan gambar hantu Arumi
Sheena akhirnya dilakukan. Nah karena kameramennya baru jadi hantu maka saya
gantian yang mengambil gambar. Biasanya kalau syuting sudah selesai
sutradaranya akan bilang “Cut! Bungkus!” tapi syuting book trailer "Kamera Pengisap Jiwa" diakhiri dengan
kalimat “Yah, baterainya habis lagi! Yo wis cut wae!” Dan tentunya setelah itu
adalah time for selfie. Kayaknya bagian yang ini temanya sangat cocok
dengan novelnya.
Akhirnya semua sudah selesai. Nova juga
sudah mengedit videonya. Meskipun syutingnya agak acak adut namun tidak dengan
trailernya. Manis dan creepy. Ada sprei merah ikut menampakkan diri. Hiyy!..Ayo tonton di sini http://youtu.be/N8S7bEVFYaM
Aku udah baca mbak Kamera Pengisap Jiwanya. Serem deh bayangin vilanya pak Harta Wijaya itu
BalasHapusyeay terimakasih Siregar Khairunnisa.
BalasHapusAku udah baca bukunya mbak. Sekali baca, nggak mau ditunda-tunda. Sukses terus!
BalasHapus