JUDUL BUKU : SPORA
PENULIS : ALKADRI
PENERBIT : MOKA MEDIA
PENYUNTING : DYAH UTAMI
ISBN : 979-795-910-4
Kemungkinan apa yang menyebabkan
mayat dengan kepala telah menjadi serpihan? Apakah dia ditembak dengan
shotgun dari jarak dekat? Atau mungkin ada hal lain yang lebih mengerikan yang
membuat kepala itu meledak sendiri? Jawabannya sudah terletak pada judul novel
ini : Spora.
Adalah Alif yang
selalu menemukan mayat dengan kepala meledak untuk pertama kali. Sayangnya,
Alif bukan anak sekolah biasa. Dia punya rahasia yang jika orang tahu akan
mebuat mereka berspekulasi jika Alif terlibat dengan semua pembunuhan itu.
Pertama kali saya
membaca buku horor dengan ketakutan yang tidak bersumber dari hantu saat
membaca Species. Sudah lama saya membacanya yaitu pada tahun
1996. Menurut saya novel itu mencekam banget padahal monsternya bukan hantu
melainkan alien yang bisa berubah menjadi perempuan cantik. Lalu saya menemukan
Spora. Saya sudah penasaran sejak Moka Media menayangkan alternatif
kaver novel ini. Dan benar saja kaver yang saya pilih menjadi kaver final novel
karya Alkadri. Akhirnya saya mendapatkan novel ini dari hasil barter dengan
teman di grup Komunitas Penimbun Buku (terimakasih Atri). Setelah Species,
Spora membuat saya ingin bisa menulis novel dengan genre horor sci-fi.
Saya menuntaskan buku ini hanya dengan sekali duduk. Buku
ini sangat ringan penceritaannya sehingga saya bisa cepat membacanya, selain
itu saya begitu penasaran ingin mempelajari teknik si penulis. Sayangnya saya
harus kecewa melihat ilustrasi di dalamnya yang justru merusak suasana. Drawing
ilustrasi itu seperti spoiler yang menghancurkan imajinasi saya.
Dan entah kenapa saya lebih suka karakter Rina yang lebih
maskulin daripada Alif. Mungkin Alif terlihat lembek karena masa lalunya yang
sayangnya tidak digali sejak awal. Masa lalu itu tiba-tiba muncul di akhir
sehingga hanya sekedar tempelan. Namun Alkadri cukup jitu mengawinkan alur
cerita ini dengan dongeng dari Irlandia yang menurut saya justru mempertajam
kehororan novel ini.
Soal gaya penceritaan, Alkadri sudah menunjukkan dirinya sebagai
penulis berpengalaman. Hanya saja saya melihat konflik novel ini terlalu
ditahan. Saya pikir saya akan menjumpai dunia yang kacau balau. Semua orang
jadi zombie. Ternyata tidak, konflik novel ini lingkupnya kecil dan sempit.
Setelah membacanya ada satu pertanyaan yang terus mengganggu saya: kenapa spora
yang efeknya mematikan itu begitu cerobohnya hanya disimpan di ruang KIR
sekolah? Tidak adakah tempat yang lebih aman selain ruang KIR? Hal ini
mengganjal sebab ternyata endingnya justru melemahkan proses penyimpanan spora
itu. Mereka yang membawa spora ini adalah
orang profesional namun kenapa begitu bodoh menyimpannya di ruang KIR? Ah, ruang KIR betapa
kamu sungguh mengganggu saya.
Saya
memberi 3 dari 5 bintang untuk novel ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar